
Gasing Laut, Palembang Pos.-
Kasus minyak tanah (mitan) oplosan dicampur bensin kembali memakan korban. Sekeluarga yang terdiri ibu dan ketiga anaknya nyaris tewas terpanggang, akibat lampu teplok yang meledak.
Keluarga malang itu adalah Nurma (25) dan ketiga anaknya masing-masing Andi (9), Feri (5) dan Heri (1), warga Jalan Tanjung Api-Api (TAA), RT 01/01 Kelurahan Gasing Laut Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin. Peristiwa terjadi kemarin sekitar pukul 18.00 WIB, sewaktu terjadi pemadaman listrik di rumahnya.
Akibatnya, Nurma mengalami luka bakar di tangan kanan, Andi luka bakar di wajah dan Feri luka bakar seluruh punggung. Sedang, anak bungsunya bernama Heri mengalami luka bakar paling parah. Balita laki-laki yang baru berumur 1 tahun ini, mengalami luka bakar di seluruh tubuh, wajah, kedua kaki dan tangan.
Kini para korban dirawat intensif di Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang.Informasi dihimpun Palembang Pos, sebelum kejadian keluarga korban sedang makan malam di ruang tengah rumahnya. Tak berapa lama, aliran listrik mendadak padam. Kemudian, ibunya berlari ke dapur mengambil lampu teplok. Saat menuangkan minyak dari jerigen ke lampu teplok, mendadak api langsung menyambar hingga terjadi ledakan. Karuan saja, ketiga anaknya yang lagi makan dan ada juga yang habis mandi tanpa mengenakan pakaian langsung dijilat api.
Untunglah, para tetangga yang mendengar jeritan minta tolong segera berdatangan. Dalam kondisi sekarat, para korban dibawa ke Bidan Hadi. Berhubung kondisinya parah, para korban disarankan berobat ke IRD RSMH Palembang.
Ditemui di rumah sakit, Nurma yang hanya mengalami luka bakar di tangan kanan terlihat mengobati kedua anaknya dengan mengoles salep. “Kami sekeluargo keno ledakan lampu teplok. Waktu kejadian lampu mati, aku ngisi minyak di lampu teplok. Dak tau ngapo, langsung nyamber dan meledak. Anak aku Andi dirawat di rumah bae. Dio ikok yang parah dibawak kesini,” ujar Nurma ibu korban.
Sedang kakek dan nenek korban, Mira (45) dan Cek Mat (50) yang ikut menemani mengaku mitan yang dibeli dirasakan oplosan. “Mungkin bae minyak yang dibeli oplosan. Sebab, kami mbeli dengan uwong galak bemotor Rp 5500 seliter. Biasonyo kapan beli di warung Rp 8 ribu seliter. Waktu kejadian bapaknyo, Nanang (27), katek di rumah. Dio sampe sekarang dak tau, kareno begawe ngarap sawah uwong,” ujar Mira, nenek korban berharap kasus tersebut diselidiki polisi. (don)