12 Juni 2009

Dinkes Sumsel selidiki tewasnya bayi


Rivai, Palembang Pos.-
Tindakan cepat diambil Dinas Kesehatan Sumsel menyikapi kasus meninggalnya seorang bayi setelah disuntik imunisasi DPT (diptheria, pertussis, tetanus) di Kabupaten Ogan Ilir, Kamis (11/6). Dinkes Sumsel kemarin menurunkan tim investigasi ke OI, guna mengungkap fakta sebenarnya kasus tersebut.
Tim yang ditunjuk terdiri dari tiga orang dari Dinkes Sumsel dan satu dokter anak dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kayuagung. Tiga orang Dinkes Sumsel adalah Kepala Bidang Pengendali Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr Mardani Nungcik, dr Melza, dan Muksinun.
“Untuk yang dokter anak dari RSUD Kayuagung saya lupa namanya, tetapi sudah ada dan masuk ke dalam tim. Tim mulai melakukan investigasi hari ini (kemarin –red),” tegas Sekretaris Dinkes Sumsel Ahmad Rojali, kemarin.
Dalam melakukan investigasi, menurut Rozali, tim turun langsung ke lapangan, mulai dari Posyandu Puskesmas Desa Tanjung Temiang, RSUD Kayuagung, sampai ke rumah orangtua bayi yang meninggal. Semua kronologis kejadian, lanjutnya, akan dipelajari, sehingga ditemukan hasil yang bisa dijadikan dasar untuk menindaklanjuti kasus tersebut.
Walaupun belum mengetahui penyebab pasti kejadian, lanjut Rozali, tetapi saat ini ada dua kemungkinan besar. Yaitu, vaksin imunisasi DPT yang disuntikkan ke bayi sudah tidak layak, atau adanya kesalahan prosedur dalam pemberian imunisasi.
Terpisah, dr Melzan D MHM, Kasi P3 Kesmas Dinkes Sumsel yang menjadi salah seorang anggota tim mengatakan, kemarin tim memang telah turun ke lapangan melakukan investigasi langsung terkait kejadian ini.
“Kesimpulan tim, kejadian itu disebut co incident (kebetulan, red). Tak bisa disebut malapraktik,”ujarnya, kemarin. Dijelaskan Melzan, hasil turunnya tim diketahui, Mutia diimunisasi pada 28 Mei lalu. Sehari setelah imunisasi, badannya agak panas. Hal ini biasa terjadi, memang setelah imunisasi demam, kemudian sembuh. Beberapa hari kemudian dia demam lagi dan kejang-kejang hingga akhirnya meninggal,”bebernya.
Keterangan lain, pada tubuh Mutia bekas suntikan tidak terdapat bengkak atau bernanah. Hal ini menandakan tidak terjadi kesalahan pada penyuntikan. Berdasar hasil medis rumah sakit, diketahui Mutia menderita radang otak (meningitis, red). “Penyakit ini lewat saluran pernapasan. Mungkin dari sinilah Mutia terkena radang otak,”tutur dr Melzan lagi.
Hasil turunnya tim ke lapangan, kata dr Melzan akan dilaporkan kepada Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI). Nantinya, Komda KIPI lah yang akan menentukan apakah kejadian yang dialami anak pasangan Junaidi (35) dan Ermawati (29) itu tergolong malapraktik atau bukan.
Seperti diberitakan Palembang Pos, seorang bayi berusia 41 hari benama Mutia, warga Desa Tanjung Temiang, Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI), merenggang nyawa di RSUD Kayuagung Kabupaten OKI. Bayi malang ini diduga tewas setelah mendapatkan suntikan DPT, oleh mahasiswa salah satu akademi bidan (Akbid) Palembang yang sedang Praktik Kerja Lapangan (PKL) di desa tersebut, Kamis (11/6) sekitar pukul 12.30 WIB. (war/jpnn)