14 Mei 2009

PDIP-Gerindra usung MegaPro


JAKARTA - Serentetan pembicaraan antara pentolan PDIP dengan Ketua Dewan Pembina Gerindra, Prabowo Subianto akhirnya membuahkan kesepakatan soal kursi capres-cawapres yang akan diusung pada Pilpres mendatang. Prabowo yang sebelumnya ngotot maju sebagai capres, akhirnya luluh dan memilih menjadi cawapres Megawati.
Bahkan jika tidak perubahan politik luar biasa, duet Megawati-Prabowo yang akan dipopulerkan dengan nama MegaPro itu bakal dideklarasikan hari ini di kediaman Megawati, Jalan teuku Umar Nomor 27, Jakarta Pusat.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPPP PDIP, Tjahjo Kumolo mengungkapkan, deklarasi MegaPro akan dilakukan usai salat Jum'at. "Ibu Mega dan Pak Prabowo sudah sepakat menjadi pasangan capres-cawapres," kata Tjahjo Kumolo usai pertemuan di rumah Megawati, Kamis (14/5).
Tjahjo menambahkan, koalisi PDIP dengan Gerindra yang mengusung MegaPro merupakan keputusan ideal bagi kedua parpol. Sebab, kata Tjahjo memberi alasan, keduanya adalah partai nasionalis yang memiliki banyak kesamaan secara ideologi. "Ini akan menciptakan koalisi yang kokoh di pemerintahan," ujar ketua Fraksi PDIP di DPR itu.
Di tempat sama, putri Megawati yang juga Ketua DPP PDIP Bidang Perempuan, Puan Maharani menambahkan, koalisi PDIP dan Gerindra dalam mengusung MegaPro bukanlah sekedar koalisi elit parpol. "Ini akan di teruskan di level akar rumput. .
Proses pembicaraan PDIP dan Gerindra untuk memuluskan duet Mega-Prabowo cukup panjang dan berliku. Tarik ulur di level elit PDIP juga terjadi. Bahkan Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDIP, Taufik Kiemas sudah sempat menutup pintu untuk Prabowo.
Sumber di internal PDIP menyebutkan, sebelum tercapai kesepakatan soal MegaPro, Prabowo sempat ngotot menjadi capres dan menyarankan Megawati mengalah. Sebagai konsesinya, Prabowo akan menggandeng wakil gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP, Rustriningsing, menjadi cawapres.
Selain itu, Prabowo sempat juga menawarkan ke PDIP agar Puan Maharani mendampinginya di kursi cawapres. Namun tawaran prabowo itu ditolak Puan. Alasannya, PDIP memasang harga mati untuk tetap mengusung Megawati sebagai capres
Soal alotnya dialog PDIP dengan Gerindra diakui Sekjen DPP PDIP Pramono Anung. Menurutnya, masalah ini sangat krusial karena akan menentukan arah perjalanan bangsa selama lima tahun ke depan. "Hari inilah penentu lima tahun ke depan," tutur Pram.
Sayangnya klaim PDIP itu dibantah kubu Gerindra, terutama soal sudah adanya deal antara PDIP dan Gerindra untuk mengusung Megawati dan Prabowo (MegaPro) sebagai pasangan capres-cawapres. Direktur Gerindra Media center, Haryanto Taslam menegaskan, proses negosiasi masih berlangsung dan belum ada kesepakatan final karena Gerindra masih tetap bertahan untuk mengusung Prabowo sebagai capres.
"Opini yang berkembang satu hari ini mengesankan pak Prabowo luluh. Seakan-akan sudah ada deal dan memosisikan Mbak Mega sebagai capres dan Prabowo wakilnya. Itu nggak bener," ujar Haryanto Taslam kepada JPNN, Kamis (14/5) malam.
Mantan politisi PDIP yang lebih akrab disapa dengan nama Hartas ini menambahkan, keputusan akhirnya baru ditentukan hari ini. "Karena negosiasi masih berlangsung dan belum ada fase itu (duet Mega-Prabowo). Ini perlu diluruskan," katanya.
Menurutnya, opini yang berkembang justru telah mem-fait accomply Prabowo. Seolah-olah, putra begawan ekonomi Profesor Soemitro Djojohadikusumo itu luluh oleh konsesi tertentu dari PDIP dan bersedia menerima kursi cawapres. "Padahal kita masih bertahan bahwa Prabowo tetap capres," tandasnya.
Hartas melanjutkan bahwa selain berkomunikasi dengan PDIP, Gerindra juga terus berusaha menggandeng parppl lain baik yang punya kursi di DPR maupun yang gagal lolos parliamnetary treshold. Meski demikian, kata Hartas, Gerindra masih berharap ada deal antara PDIP.
"Kita tentu punya sekenario A, B ataupun seterusnta. Tetapi kita masih berharap ada deal dengan PDIP, tentunya yang membawa kebaikan bagi semua pihak," tukasnya. (aj/jpnn)