31 Mei 2009

Marinir siaga perang di Ambalat





Nunukan, Palembang Pos.-
Kembali memanas sengketa perbatasan di kawasan Ambalat dengan negara tetangga Malaysia beberapa pekan terakhir, disikapi tegas oleh Indonesia. Selain menempatkan langsung 7 KRI di wilayah sengketa, daya bertempur pasukan marinir yang ditugaskan didaerah ini juga ‘dipertajam’.
Jumlah armada kapal perang yang ditugaskan mengawal perbatasan di wilayah perairan dimaksud, memang jauh lebih banyak dibanding ketika masalah serupa juga terjadi pada tahun 2005 silam. Saat itu, Indonesia hanya menempatkan paling banyak tiga KRI di perairan sekitar Karang Unarang tersebut.
Tidak sekadar menambah jumlah armada kapal perang, sikap tegas pemerintah RI mengamankan wilayah perbatasan tersebut juga dibuktikan dengan meningkatkan kesiagaan pasukan marinir yang ditugaskan di Kecamatan Sebatik sebagai daratan terdekat milik RI dengan wilayah perbatasan yang disengketakan itu.
Bukti ditingkatkannya kesiagaan pasukan perang personel marinir ini, kemarin telah digelar kegiatan latihan bertempur. Dipersenjatai lengkap, pasukan marinir yang akan dipertajam kemampuan bertempurnya tersebut, kemarin langsung diterjunkan pada beberapa titik medan taktis di daratan Pulau Sebatik, jika kontak senjata dengan negara tetanga terdekat tersebut akhirnya tidak bisa dihindari.
Konsentrasi terbesar penempatan pasukan marinir yang siap tempur kemarin terutama disekitar bibir pantai Sei Pancang, yang merupakan daratan Pulau Sebatik yang berhadapan langsung dengan kota Tawau, Malaysia. Sama seperti Satgas Ambalat sebelumnya yang ditugaskan di Pulau Sebatik, Satgas Marinir Ambalat IX yang dikomandani Kapten Marinir Budi Santosa dan dipastikan akan bertindak tegas jika Malaysia nekat mencaplok kawasan Karang Unarang.
Bahkan kali ini Satgas Amblat IX dilengkapi tim pasukan elit sniper atau penembak jitu, yang ketangguhannya telah teruji di medan pertempuran pada beberapa daerah konflik di negara ini. “Unjuk kekuatan ini agar musuh tidak memandang sebelah mata dengan kesiapan marinir Indonesia mempertahankan kedaulatan negara,” kata Budi Santosa.
Pada simulasi perang yang berlangsung kemarin, tim elit sniper yang dibagi menjadi dua tim masing-masing berkekuatan 3 personel itu diposisikan pada dua titik strategis tempur di sekitar Sei pancang. Tim sniper pertama dilengkapi dengan senjata jenis NTW kaliber 20. Senjata yang memiliki berat 30 kilogram yang memiliki daya jangkau mencapai 1800 meter, diposisikan pada salah satu bangunan tinggi rumah penduduk di Sei pancang.
Sedangkan satu tim sniper lainnya, dibekali senjata jenis SPR kaliber 7,62 diposisikan di ketinggian menara suar milik Dinas Perhubungan yang berjarak sekitar 200 meter dibelakang posisi tim sniper pertama. (ade)