05 Mei 2009

Kukuh sebagai tim terburuk


*5 Seoul FC v 1 SFC

Seoul, Palembang Pos,-
Sriwijaya FC (SFC) finis sebagai juru kunci grup F Liga Champions Asia (LCA) 2009. Kekalahan away dengan skor telak 1-5 (0-1) dari Seoul FC di Stadion World Cup Seoul, Korsel, kemarin (5/5), membuat tim berjuluk Laskar Wong Kito terpuruk dalam.
Bahkan, anak asuh Rahmad Darmawan itu makin mengukukuhkan diri sebagai tim paling buruk sekaligus tim pertama yang tersingkir di babak 32 besar. Lima tim lain yang juga gagal lolos 32 besar adalah dua wakil Uni Emirat Arab (UAE) Sharjah (0 poin) dan Al Ahli (1 poin). Wakil Singapura, Armed Force atau SAF (0 poin), wakil Tiongkok, Tianjin Teda (2 poin) serta wakil Australia, Central Cost Mariners ( 2 poin).
"Laga ini sangat menarik. Kami bisa memberi perlawanan. Tapi, sejak terjadinya gol ketiga Seoul, konsenterasi tim langsung buyar," ungkap Rahmad seperti dilansir situs AFC (Federasi Sepak Bola Asia).
Kondisi fisik lelah dijadikan alasan pelatih 42 tahun itu. Apalagi, di kompetisi domestik, SFC melakoni laga superpadat. Terakhir, Minggu (1/5) lalu, mereka meladeni Persitara Jakarta Utara di DISL. Senin (2/5) langsung terbang ke Seoul.
"Kami punya kesempatan menang lawan Seoul saat imbang 1-1. Tapi, kami gagal melakukannya. Justru, kami harus kebobolan 4 gol lagi. Itulah yang terbaik kami lakukan," ucap Rahmad.
Bermain dihadapan 25 ribu suporternya, Seoul langsung unggul 1-0 ketiga pertandingan baru berjalan 16 menit lewat tendangan datar Dejan Damjanociv." Namun, skuadra Senol Gunes (Turki), sempat terdiam ketika striker Sriwijaya Keith Kayamba Gumbs menyamakan kedudukan menit ke- 62.
Seoul tetap tenang, meski kendali tetap dikuasai Kim Chi-Gon dkk. Terbukti, menit ke-71, Dejan Damjanovic kembali membobol gawang Sriwijaya yang dijaga Ferry Rotinsulu.
Bahkan, menit ke-74 dan ke-78, striker lokal Sim Woo-Yeon ikut-ikutan membobol gawang Ferry. Pesta runner up K-League 2008 lalu makin sempurna setelah Dejan mencetak hat-trick alias gol ketiganya menit ke-91.
“Semoga ini jadi pelajaran penting. Kami masih punya harapan tersisa di Copa Indonesia," jelas Rahmad. Sementara itu, bagi Seoul, kemenangan memang jadi harga mati. Tapi, mereka belum bisa tersenyum lega. Sebab, meski sama-sama 7 poin dengan Shandong Luneng (Tiongkok), tapi beda selisih gol. Seoul surplus 2 (12-10), sementara Sandong surplus 4 (8-4).
“Kami sangat berharap Shandong kalah lawan Gamba besok (hari ini, 6/5). Tapi, kami lebih senang lagi jika kami bisa lolos 16 besar dengan kerja keras kami sendiri," tukas Senol. (mg2/jpnn/diq)