17 Mei 2009

Kakek nekek tewas dibantai


* Di dalam pondok kebun

Baturaja, Palembang Pos.-
Tragis nian nasib dialami pasangan suami istri, Satiri (60) dan Nangiyan (62), warga Talang Air Sedang Desa Banuayu Kecamatan Lubuk Batang OKU. Kakek-nenek ini ditemukan tewas di dalam pondoknya. Dari kondisi luka-lukanya yang amat mengenaskan, kedua manula ini menjadi korban penganiayaan sadis.
Mayat kedua korban ini pertama kali ditemukan oleh keponakannya sendiri, Darman Syafii (45), kemarin, sekitar pukul 07.00 WIB, di dalam pondok berukuran 4 x 5 meter dengan tinggi sekitar 1,5 meter, di Desa Lekis Baturaja Timur.
Menurut informasi, saat itu pagi-pagi sekitar pukul 06.30 wib, Darman pergi untuk menemui pamannya itu di pondoknya di Desa Lekis. Awalnya memang Darman sudah berjanji akan menemui pamannya itu pada hari Sabtu, soalnya pamannya pada Kamis sebelumnya datang ke rumahnya untuk membicarakan bagi hasil kebun.
Saat tiba di pondok, Darman hanya mendapati kondisi yang sepi dan jendela pondok yang terbuat dari kayu masih tertutup. Darman saat itu sempat memanggil-manggil pamannya, namun tak ada jawaban dari dalam pondok. Karena aneh, Darman pun memutuskan naik ke atas pondok.
Betapa kagetnya Darman, manakala mendapati pamannya Satiri sudah terbujur kaku mandi darah di lantai pondok, persis di depan pintu. Kondisi korban saat itu tangan terikat dan mulutnya disumbat dengan kain. Tak jauh dari Satiri, juga tergolek jasad istrinya, Nangiyan, yang juga bersimbah darah.
Karena takut pelaku pembunuhan masih di sekitar lokasi, Darman langsung mengambil kayu dan bergegas berlari mencari pertolongan. Tak jauh berlari, Darman bertemu warga yang sedang merumput di dekat peternakan sapi. Selanjutnya, peristiwa itu Darman laporkan ke polisi.
Menerima laporan tersebut, petugas Polres OKU langsung meluncur ke lokasi. Setelah melakukan olah TKP, jenazah kedua suami istri itu dibawa ke RSUD Baturaja untuk divisum.
“Sebenarnya Sabtu lalu aku mau menemui mamang (paman,red), tapi baru Minggu pagi aku sempat,” kata Darman, yang kesehariannya bekerja sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universita Baturaja (Unbara) ini dengan raut muka yang sedih.
Sementara anak korban, Firdaus (29), mengaku baru tahu orang tuanya tewas dengan mengenaskan dari warga. “Saat itu saya sedang menyadap karet. Setahu saya, bapak tidak punya musuh,’’ ujar Firdaus seraya menambahkan, orang tuanya juga membuka warung manisan.
Kapolres OKU AKBP Raden Eko Wahyu Prasetyo melalui Kasat Reskrim AKP Anissullah M Ridha didampingi Kasat Samapta AKP Handoyo mengatakan belum bisa memastikan motif pembunuhan kedua suami istri tersebut. Pihaknya, menurut Anisullah, akan melakukan penyelidikan lebih mendalam guna mengungkapkan kasus pembunuhan ini.
“Dari olah TKP kita tidak menemukan benda tajam yang digunakan pelaku untuk menghabiskan korban, dan sejauh ini belum diketahui motif pembuhan ini. Pihak keluarga juga belum mengatahui adanya barang berharga yang hilang, kecuali satu karung gula pasir yang sudah berada dibawa rumah,” kata Anisullah yang memperkirakan kedua korban dibunuh sekitar pukul 23.00 WIB.
Dijelaskan Anisullah, dari tubuh korban Satiri terdapat dua luka bacok dikepala, dileher dan dada. Sedang ditubuh istri Satiri, terdapat satu luka bacok dileher hingga nyaris putus. Sementara kedua jenazah tangannya terikat dan mulutnya tersumpal kain sarung dan spanduk. “Kita menduga pelaku lebih dari satu orang,” tegasnya. (mus)