21 Maret 2009

Puluhan siswa SMAN II Muara Enim kesurupan


MUARA ENIM-Guru dan pegawai, pelajar SMA Negeri II Muara Enim, kemarin mendadak heboh. Pasalnya sekitar 50 orang siswa dan siswi SMA tersebut tiba-tiba kesurupan. Peristiwa terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, ketika siswa sedang mengikuti pelajaran dalam kelas.
Akibat kejadian itu, membuat proses belajar mengajar di sekolah tersebut sempat terhenti. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, kesurupan tersebut berawal dari lokasl 16, dimana salah seorang siswanya tiba-tiba berteriak-teriak serta tubuhnya kejang-kejang. Tak lama kemudian beberapa teman sekelasnya juga ikut kesurupan.
Mengetahui hal itu, spontan para guru dan siswa berusaha menolong korban dengan membawanya ke ruang kantor guru. Ketika para guru berupaya untuk menyembuhkannya. Namun tiba-tiba dari kelas lain termasuk siswa kelas 17 ikut kesurupan sehingga jumlahnya mencapai 50 orang.
Khawatir kesurupan akan menyebar, akhirnya pihak sekolah memanggil beberapa orang pintar dan para wali murid untuk ikut membantu menyadarkan dan mengusir mahkluk halus yang mengganggu para siswa. Selain itu , para siswa baik yang menjaga maupun yang baru sadar kesurupan terus di suruh melapazkan ayat-ayat suci Alquan terutama surat Yasin.
Karena banyak siswa yang kesurupan membuat pihak sekolah mengambil kebijakan untuk dengan memulangkan siswa lebih cepat dari jadwal. Karena setiap ada siswa yang berhasil disadarkan selalu ada siswa lain di kelas lain yang kesurupan kembali.Bahkan ada juga, siswa yang telah berhasil di sadarkan ternyata kembali kesurupan sehingga membuat pihak sekolah kewalahan. Dan untuk siswa yang telah sadar dari kesurupan, sebagian besar langsung dipulangkan dengan di jemput oleh orangtua dan diantar oleh pihak sekolah ke rumahnya.
“Kejadian tersebut terjadi pada pelajaran pertama sekolah pukul 09.00. Namun kami tidak tahu persis siapa yang pertama kali kesurupan tersebut, tetapi yang kena cukup banyak, ada 50 orangan,” ujar siswa yang mengaku dilarang oleh gurunya untuk bicara dengan wartawan.
Sementara itu beberapa tenaga pengajar ketika akan dikonfirmasi, ternyata memilih bungkam dan mengaku takut berbicara karena takut dimarah atasannya. Bahkan ketika para jurnalis sedang mengabadikan peristiwa kerusupan itu, salah seorang tenaga pengajar langsung menghalang-halangi para jurnalis dan memintanya untuk tidak mempublikasikan peristiwa tersebut.(luk)