18 Juni 2009
Gubernur ‘semprot” perusahaan sawit
*Ancam gunakan Perda integrasi sapi-sawit
Rivai, Palembang Pos.-
Minimnya partisipasi dari perusahaan perkebunan di sini pada program intergasi kebun kelapa sawit dan ternak sapi potong, mengundang keprihatinan Gubernur Sumsel H Alex Noerdin. Alex bahkan mengancam memberlakukan Peraturan Daerah (Perda) Integrasi Sapi Sawit jika program pendukung Sumsel Swasembada Sapi Potong 2010 itu tak diikuti. Kekesalan Gubernur Alex Noerdin itu, dia ungkap saat digelarnya MoU program integrasi kebun kelapa sawit dan ternak sapi antara Pemprov Sumsel dengan 6 perusahaan perkebunan sawit disini, di Hotel Aryaduta, kemarin.
Di depan DR Ir Gunawan MS, Direktur Perbibitan Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, dan Ir Sarjono, Direktur Tanaman Tahunan dari Dirjen Perkebunan, Alex mengaku program integrasi kebun sawit dan sapi sangat menguntungkan. “Untuk 1 hektare kebun sawit bisa menghidupi 2-3 sapi potong. Sumsel punya 640 ribu hectare sawit. Jika 100 ribu hectare saja diintergasi sapi, pada tahun pertama sudah bisa hasilkan 200 ribu ekor sapi potong. Kebutuhan sapi potong Sumsel sendiri 12 ribu ekor pertahun, dan itu impor.
Dengan program integrasi yang didung dana APBD sebesar Rp 3,4 miliar untuk pegadaan 340 ekor sapi, lanjut Alex, tidak hanya mencukupi kebutuhan Sumsel sendiri, tapi juga bisa impor sapi. “Di Indonesia ada 6,8 juta hectare sawit. Artinya bisa hasilkan sapi 2 juta ekor setahun, sehingga Indonesia tak perlu setiap tahunnya ekspor 500 ribu ekor sapi untuk mencukupi kebutuhan 70 ribu ton daging sapi pertahun,’’ kata Alex.
Alex mengaku tak ada alasan perusahaan perkebunan disini tak ikut program itu, karena sangat menguntungkan. “Untuk pakannya didapat dari sawit itu juga, bahkan jika program ini dijalankan dengan baik, keuntungan yang bisa dicapai lebih besar dari produksi Crude Palm Oil (CPO),’’ ujarnya. Oleh karena itu, Alex menambahkan, dalam waktu 3 bulan ke depan akan dilihat keikutsertaan para perkebunan sawit di Sumsel dalam program integrasi kebun sawit dan sapi. “Jika tidak juga, akan kita paksakan dengan Perda. Paling tidak 1/10 lahan sawit digunakan untuk intrgasi sapi,’’ ujar Alex.
Namun Alex yakin perusahaan bukannya tidak mau ikut program integrasi sapi sawit, tapi belum yakin. “Coba kita ke Bengkulu ada kebun sawit yang punya 6 ribu sapi. Saya akan coba yakinkan mereka. Seluruhnya harus ikut, tapi perusahaan yang sawitnya sudah berusia 7 tahun dan punya pabrik CPO. Jika baru, nanti sawitnya habis dimakan sapi,’’ kata Alex. Selain minimnya partisipasi perusahaan perkebunan sawit, Alex juga menyoroti soal dukungan dari perbankan disini. “Perbankan diminta ikut membantu memberi kredit pengadaan sapi, terlebih lagi Bank Sumsel. Jika tidak mau bantu, mereka akan dipersulit. Mari kita jadikan Sumsel sebagai pioner perkembangan integrasi sawit sapi,’’ ujar Alex.
Sedangkan Kepala Dinas Peternakan Sumsel, Azrilazi Rasyid menegaskan dalam waktu 15 hari ke depan akan membuat petunjuk teknis intergasi sawit dan sapi. “MoU terlambat 7 bulan karena kita sulit meyakinkan perusahaan kelapa sawit. Mereka sudah kita bawa ke percontohan di Bengkulu, mereka masih belum yakin. Ternak ini barang hidup, jadi resikonya tinggi sekali,’’ tegas Asrilazi seraya mengaku siap mensukseskan program integrasi sapi sawit dalam 3 bulan ke depan.
Sementara itu 6 perusahaan perkebunan sawit disini ikut program integrasi kebun sawit dan ternak sapi, serta meneken MoU dengan Pemprov Sumsel. Ke-6 perusahaan tersebut yakni PT Aldira Agung (Banyuasin), PT Hindoli (Muba), PT Mitra Ogan (OKU), PT Pulau Hijau Group (OKUT), PTPN VII (Muara Enim) dan Sampoerna Agro Group (OKI). GM Corporate Affair Social PT Sampoerna Agro Group, H Salman menegaskan walaupun mendukung program tersebut, namun belum menyiapkan lahan untuk integrasi sawit sapi. “Kita dapat 40 ekor sapi, 30 untuk inti dan 10 plasma,’’ tukas Salman. (war)