02 Juni 2009

Tumbang di Kanjuruhan


PSMS 3 SFC 1,
balas jasa 2005?

MALANG - Sementara, PSMS Medan bisa bertepuk dada dan mengaku sebagai yang terbaik di ranah Sumatera. Meski Ayam Kinantan --julukan PSMS Medan-- masih terancam degradasi, dan Sriwijaya FC aman di papan atas Indonesia Super League (ISL). Itu jika mengacu hasil duel dua raja Andalas, yang berlangsung di tempat netral, tadi malam.
Menjamu Laskar Wong Kito --julukan Sriwijaya FC-- di Stadion Kanjuruhan, Malang, Markus Horison dkk menang telak 3-1 (1-0). Tiga gol PSMS diciptakan tiga legiun asingnya. Mario Costas mengawali pesta dengan golnya pada menit ke-19. Pada babak kedua, tepatnya menit ke-49, Esteban Gillen menggandakan keunggulan PSMS lewat titik penalti dan Martin Zada menambah pundi-pundi gol PSMS melalui tendangannya delapan menit kemudian. Satu-satunya gol balasan Sriwijaya FC lahir dari tendangan penalti Ngon A Djam menit ke-79.
Hasil ini membuat Deltras Sidoarjo menangis. Sebab tambahan tiga poin PSMS ini memastikan bahwa The Lobster --julukan Deltras-- degradasi dan musim depan turun kasta ke Divisi Utama. Suasana ini bertolak belakang dengan kejadian tiga jam sebelumnya.
Dijamu Persija di Stadion Gajahyana, Malang, Deltras berhasil menang tipis 1-0 melalui gol Junior. Kemenangan Deltras di Leg pertama Babak 8 Besar Piala Copa ini membuka peluang untuk ke semifinal karena leg kedua bakal digelar di Gelora Delta, Sidoarjo.
Kemenangan PSMS tersebut membalikkan semua prediksi. Namun seperti yang diduga Palembang Pos, bahwa ketidakrelaan PSMS terdegradasi akan membuat semangat juang Charis Yulianto dkk kendor. Ditambah kebijakan RD yang mengatur tenaga.
Selain kehilangan Tsimi dan Ambrizal di lini depan, RD ternyata juga menyimpan kapten sekaligus ’roh’ Sriwijaya FC, Keith Gumbs. Dampaknya jelas, spirit untuk menang atau untuk tidak kalah tak terlihat sepanjang pertandingan. Terlebih, sejak menit ke-48 pelatih Sriwijaya FC H. Rahmad Darmawan kehilangan mauly Lessy yang dikartumerah wasit Jajat Sudrajat.
Tetapi, RD membantah itu bagian dari Andalas Connection untuk menyelamatkan PSMS dari jerat degradasi. Mantan pelatih Persikota, Persipura dan Persija ini mengatakan tidak ada kamus mengalah dalam timnya. Kalau tadi malam Sriwijaya kalah, itu disebabkan PSMS tampil lebih baik.
”Lawan memang bermain bagus,” komentar RD singkat.
Namun apa pun alasannya, sejarah membuktikan bahwa pengakuan bahwa PSMS sebagai saudara tua bukan asal omong. Di Ligina 2005, Sriwijaya FC yang nyaris terdegradasi, secara heroik bisa menang di Medan. Dan kemenangan itu yang membantu Sriwijaya FC lolos degradasi saat itu.
Kondisi saat ini tak jauh beda. Hanya posisinya yang terbalik. Jika empat musim lalu Sriwijaya FC yang terancam, kini ’saudara tuanya’ yang terancam. Apakah dengan kemenangan yang diluar dugaan itu PSMS bisa lolos ataukah tidak, yang jelas Sriwijaya FC sudah terlepas dari ’hutang’ jasa.
Tapia pa pun alasannya, kemenangan tersebut disambut gembira oleh kubu PSMS. Raihan tiga angka tersebut menolong PSMS untuk bersaing menjauhi zona degradasi. Apalagi, setelah ini, PSMS melangsungkan tur yang sangat berat. Yakni melawat ke kandang Persipura dan Persiwa. Sangat berat untuk sekadar mencuri satu poin di tanah Papua.
”Malam ini (tadi malam) anak-anak tampil luar biasa. Kemenangan ini berkat perjuangan keras anak-anak. Tidak ada yang namanya pemberian dari sesama tim Sumatera,” tandas Rudy William Keltjes, arsitek PSMS. (har/gus/jpnn)