
Jakarta, Palembang Pos.-
Kubu Jusuf Kalla-Wiranto dan Megawati-Prabowo siap menghadapi isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang akan diarahkan ke mereka. Kedua kubu ini memang seakan menjadi sasaran empuk isu HAM. Lantaran, kedua purnawirawan jenderal tersebut terkait dengan pelanggaran HAM masa lalu.
“Kita siap hadapi isu ini, jika mereka (kubu SBY-Boediono, red-) jual, maka kita akan beli. Berapapun tingginya harganya,” tegas Permadi yang kini aktif di partai Gerindra dalam konferensi pers di hotel Sofyan Cikini, Jakarta , kemarin sore.
Pernyataan Permadi ini menyikapi kabar bahwa akan dilakukannya pertemuan oleh kubu SBY-Boediono yang akan membahas isu HAM dalam waktu dekat. Selain itu pernyataan saat ia debat dengan Ruhut Sitompul, politikus Partai Demokrat belum lama ini juga dijadikan alasan.
Sebab, kata dia, saat itu Ruhut mengatakan Prabowo itu penculik. Mantan anggota DPR dari PDIP itu membawa kopian hasil penyidikan paparan Polri atas kasus 27 Juli. Data itu merupakan paparan Polri dihadapan komisi I dan II DPR pada 2000 lalu.
Permadi dalam kesempatan itu juga membeberkan fakta yang selama ini tak banyak diketahui publik. “Pada hasil penyidikan ini di halaman 21, menyebutkan ada rapat yang dipimpin Soesilo BY yang saat itu menjadi Kasdam, ZAkki, Abubakar (kini KAdiv Humas Polri),” beber Permadi lantang.
Rapat yang terjadi beberapa hari menjelang 27 Juli itu, masih kata Permadi, membahas rencana kudatuli. “Ini bukan kata Permadi lho, tapi kata Polri. Jadi, jangan isu HAM dipolitisir,” timpal Permadi. Karena itu Permadi menilai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) menjadi solusi untuk mengatasi maslah HAM. “Jadi harusnya kita bicara kedepan lagi jangan mundur kebelakang,” katanya tegas.
Tapi soal dokumen tersebut, Permadi meyakini saat ini sudah tidak ada lagi di Polri. Ia menengarai adanya konspirasi. Indikasinya, Abubakar Nataprawira yang saat ikut rapat menjabat Kapolres Jakarta Pusat kini mejabat Kadiv Humas Polri. “Setelah sebelumnya ia ditiarapkan dulu,” ujar Permadi.
Pemaparan keterlibatan SBY pada kudatuli itu terungkap pada konferensi pers yang digelar oleh BBM. Selain Permadi, ikut jadi pembicara Dita Indah Sari, Harianto Taslam (aktivis korban penculikan) serta Thamrin Amangola dosen UI.
Konferensi pers itu sendiri sejatinya untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat atas apa yang telah disampaikan kubu SBY. Terutama menyangkut masalah ekonomi, politik dan kebudayaan. “Kami juga merasa berkepentingan untuk mengklarifikasi bahkan membantah sejumlah pernyataan SBY dan timnya yang kami anggap mengaburkan bahkan memanipulasi fakta,” jelas Dita.
Beberapa hari lalu SBY pernah menyampaikan prestasi pemerintahannya. SBY mengatakan, dalam lima tahun terakhir Indonesia telah mencapai kemandirian dalam bidang ekonomi, politik, Hankam, pelunasan hutang pada lembaga IMF serta dibubarkannya CGI.
“Tapi IMF dan CGI boleh saja pergi tetapi faktanya kebijakan lembaga ini masih dipakai oleh pemeritah SBY. Dan ternyata jumlah hutang pada pemerintahan SBY justru yang terbesar,” tukasnya. (kie)