
*Dinkes OI bantah malapraktik
Inderalaya, Palembang Pos
Seorang bayi berusia 41 hari benama Mutia, warga Desa Tanjung Temiang, Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI), merenggang nyawa di RSUD Kayuagung Kabupaten OKI. Bayi malang ini diduga tewas setelah mendapatkan suntikan DPT (Deri Pertisus Tetanus), oleh mahasiswa salah satu akademi bidan (Akbid) Palembang yang sedang Praktik Kerja Lapangan (PKL) di desa tersebut.
Mutia meninggal setelah mengalami panas tinggi dan kejang-kejang, Kamis (11/6) sekitar pukul 12.30 WIB, setelah mendapat imunisasi. Menurut informasi, Senin (1/6), korban dibawa ibunya Ermawati ke Puskesmas Tanjung Temiang guna diimunisasi DPT.
Kebetulan di Puskesmas Tanjung Temiang sedang ada PKL salah satu Akbid di Palembang. Salah satu mahasiswa Akbid saat itu memberikan suntikan imunisasi DPT kepada korban. Beberapa saat setelah mendapatkan imunisasi, suhu tubuh si bayi tinggi dan kejang-kejang.
Ibu korban lantas merawat korban di rumah. Setelah 4 hari di rumah, kedua orang tua bayi lantas membawa anaknya kembali ke Puskesmas Tanjung Raja. Tindakan medis pun dilakukan dokter dan paramedis di Puskesmas Tanjung Raja dan sempat merawatnya selama beberapa hari, sampai Rabu (10/6).
Karena suhu tubuh si bayi masih juga panas, si bayi akhirnya dirujuk RSUD Kayuagung pada Rabu (10/6) malam itu juga. Upaya pertolongan dilakukan dokter dan paramedis di RSUD Kayuagung. Setelah hampir 12 jam korban dirawat tim medis, akhirnya pada Kamis (11/6) meninggal dunia. Salah seorang keluarga korban bernama Agoel, mengatakan, orang tua korban, Junaidi alias Anang (43) dan Ermawati (39) merasa terpukul atas musibah yang menimpa putrinya itu.
Terkait kejadian itu, Kepala Dinas Kesehatan Ogan Ilir, drg H Izwar Arfanni menegaskan bahwa kejadian yang dialami korban tak bisa disebut malapraktik. Karena defenisi malapraktik adalah terjadinya kesalahan prosedur dalam melakukan tindakan medis. “Memang salah seorang mahasiswa Akbid memberikan suntikan imunisasi DPT, tetapi tindakan itu di bawah pengawasan bidan dan dokter Puskesmas,’’ tegas Izwar.
Dari ribuan vaksin yang diberikan, menurut Izwar, memang ada yang gagal produksi. Mungkin salah satu vial itu, lanjut Izwar, yang diberikan kepada korban saat imunisasi. “Jadi bukan malapraktik, karena tindakan sudah dilakukan sesuai prosedur,” katanya.
Dari keterangan Kepala Puskemas Tanjung Raja, tambah Izwar, korban karena peradangan syaraf otak atau Meningitis. Imunisasi sendiri, lanjutnya, tak akan diberikan kepada bayi yang suhu badan tinggi. “Saat imunisasi diberikan, suhu tubuh korban normal,” terangnya. Terhadap mahasiswa Akbid yang memberikan suntikan imunisasi, lanjut Izwar, sesuai prosedur akan dipanggil dan dimintai keterangan oleh Dinkes. Dari keterangan bidan itu, menurut Izwar, akan diketahui kejadian yang sesungguhnya. (din)