20 Mei 2009

Hercules jatuh, SBY-JK tegang


JAKARTA - Jatuhnya pesawat angkut Hercules C-130 TNI AU justru menjadi komoditas politik bagi calon presiden Jusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua capres yang akan bertarung pada pilpres, 8 Juli itu bersitegang soal kaitan antara anggaran pertahanan dengan kecelakaan tersebut.
Jusuf Kalla menilai jatuhnya pesawat Hercules itu tidak bisa dilepaskan dari keterbatasan anggaran pertahanan. Akibat pemotongan anggaran pertahanan, TNI tidak memiliki cukup anggaran untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Tahun ini, pemerintah memang memotong anggaran pertahanan namun meningkatkan alokasi belanja sosial seperti pembagian bantuan langsung tunai menjelang pemilu.
Akibat keterbatasan anggaran itulah, TNI/Polri tidak mampu memperbarui alutsista strategis. Sehingga mayoritas alutsista berusia uzur dipaksakan beroperasi. JK mencontohkan, Hercules C-130 dengan nomor registrasi A1325 yang jatuh di Magetan kemarin dibeli pada 1980 ketika masih dipimpin Panglima ABRI Jenderal Muhammad Yusuf. “(Kecelakaan) ini terjadi akibat tidak diberi porsi (anggaran) yang cukup bagi TNI untuk pengadaan alutsista,” ujar Jusuf Kalla usai peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Balai Kartini, Jakarta, kemarin (20/5).
Karena itu, JK menegaskan anggaran alutsista ke depan harus menjadi salah satu prioritas yang harus dipenuhi pemerintah, siapa pun yang menjadi presidennya. “Ini tidak main-main,” tandasnya. Terlebih lagi, pesawat angkut strategis Hercules TNI AU tidak saja digunakan untuk misi angkut pasukan dan logistik dalam kondisi perang, melainkan juga untuk tugas-tugas kemanusiaan di saat damai. Dia mencontohkan, Hercules TNI AU sangat berperan mengangkut personel relawan dan logistik segera setelah tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam beberapa tahun lalu.
SBY rupanya kurang sreg dengan pernyataan JK tersebut. Saat mengikuti Dialog Pilihan Presiden yang di gelar Kadin di Jakarta Theater, menyatakan tidak ada kaitan antara anggaran pertahanan dengan kecelakaan tersebut. Menurut SBY, pemerintah memang melakukan efisiensi dan pengencangan ikat pinggang untuk anggaran pertahanan. "Tapi yang dipangkas bukan biaya operasional dan pemeliharaan. Yang ditunda pembelian alutsista yang bisa ditunda," kata SBY.
Usai rapat dengan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, KSAU Marsekal Soebandrio, KSAD Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo, dan KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno di Istana Negara meminta semua pihak menunggu hasil penyelidikan dari pihak TNI AU. "Penyebab kecelakaan ini masih dalam proses investigasi. Belum diketahui apakah faktor cuaca, kerusakan mesin, ataupun kesalahan manusia. Lebih baik kita tidak berspekulasi terhadap apa yang menyebabkan kecelakaan pesawat udara itu," kata SBY. "Spekulasi lain saya kira tidak perlu saya kembangkan," sambung SBY.(tom/noe)