15 April 2009

Kasus narkoba Sumsel mencemaskan


Rivai, Palembang Pos.-
Kasus narkoba di Sumsel ibarat gunung es, karena dari permukaan hanya terlihat puncak dan gunung yang amat besar. Bahkan pada 2007, Sumsel menduduki rangking ke 8 provinsi di Indonesia dalam kasus narkoba.
Demikian ditegaskan oleh Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Provinsi (BNP) Sumsel, Wancik Wahab, disela-sela acara seminar anti narkotika, di Hotel Horison, Palembang, kemarin. Menurut Wancik, kasus narkoba di Sumsel cukup tinggi.
“Bayangkan saja menurut data 2002 Sumsel ada di rangking 12 se Indonesia dalam kasus narkotika, tapi pada 2007 lalu melonjak menjadi rangking 8. Itu menunjukkan kasus narkotika disini melonjak,’’ tegas Wancik.
Di Sumsel sendiri, kata Wancik, data terakhir kasus paling besar narkoba pada psikotropika. “Narkotika ada 315 kasus, sedang psikotropika 420 kasus. Penggunanya juga paling banyak kalangan remaja,’’ kata Wancik.
Untuk menekan perkembangan kasus narkoba disini, lanjut Wancik, BNP terus menggalang koordinasi dengan instansi terkait, baik pemerintah, swasta, dan lingkungan masyarakat. “Tapi untuk penegakan hukumnya, kita bentuk satgas-satgas. Mulai statgas intelejen, satgas pelabuhan laut dan udara, satgas narkotika serta psikotropika. Kita juga tetap berkoordinasi dengan instansi berwenang di wilayah itu,’’ kata Wancik.
Senada dengan Wancik, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN), Retno Sukesti, menegaskan bahwa Sumsel masuk dalam jajaran daerah yang rawan peredaran narkoba. “Sumsel termasuk tinggi kasus narkobanya, setelah Jakarta di posisi puncak se Indonesia, Jawa Timur, Bali dan sejumlah kota besar lain. Mungkin Sumsel rawan karena kota besar dan ada banyak pelabuhan,’’ papar Retno.
Sementara Duta National Gerakan Anti Narkoba, Lula Kamal yang juga artis ini, mengatakan kasus narkoba itu berkembang sesuai trend. “Awalnya booming HIV/AIDS waktu narkoba jenis suntik, misal heroin, hingga putaw. Kemudian trend narkoba beralih menjadi psikotropika. Belakangan berkembang jadi heroin murni,’’ kata Lula.
Lula mengatakan, khusus narkoba yang menggunakan jarum suntik, seperti heroin atau putaw harus diwaspadai serius. Soalnya, rawan penularan penyakit HIV/AIDS. “Nanti narkobanya sudah selesai, tapi kita masih punya masalah lain yakni HIV/AIDS dan penyakit lain. Saat belajar di Inggris, saya belajar narkoba itu ada trendnya sehingga tak gampang memberantasnya,’’ papar Lula.
Apalagi, lanjut Lula, narkoba itu banyak sekalis jenis nya. “Sementara negara kita juga tempat ganja. Indonesia negara kepulauan yang awalnya bukan tujuan, tapi sekedar transit atau perlintasan saja. Tapi karena penduduk banyak, pintunya banyak dan penjaga sedikit, maka lama kelamaan jadi tujuan. Itu yang harus kita waspadai,’’ tukas Lula. (war)