11 April 2009

Hidup mati Laskar Wong Kito



PALEMBANG – Sriwijaya FC tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memburu gelar. Dan ’satu-satunya’ gelar yang memungkinkan dikejar musim ini tinggal di Piala Copa Dji Sam Soe. Sementara di kompetisi lainnya, Indonesia Super League (ISL) dan Liga Champions Asia (LCA), harus dilupakan. Di ISL, Charis Yulianto dkk tertinggal jauh dari Persipura, selain jadwal yang sangat tidak mendukung. Sedang di LCA, lebih tragis lagi. Bisa terhindar dari jurukunci Grup F saja rasanya sudah seperti ’juara’.
Di Piala Copa, Laskar Wong Kito --julukan Sriwijaya FC-- tinggal selangkah lagi ke perempatfinal. Penentunya adalah laga leg kedua lawan Persib Bandung di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang-Bandung. Dengan modal kemenangan 3-1 leg pertama di Jakabaring-Palembang, Sriwijaya FC cukup menahan imbang tuan rumah. Bahkan kalah pun jika hanya dengan satu gol, tim besutan H. Rahmad Darmawan (RD) ini tetap lolos.
Demi peluang merebut gelar yang tersisa tersebut, RD dan skuadnya sangat terpacu untuk merebutnya. Terlebih, Persib telah menyinggung perasaan Laskar Wong Kito. Bahkan perasaan seluruh masyarakat Palembang.
Itu terkait ’cara’ Persib yang memaksa memainkan leg kedua ini ketika skuad Laskar Wong Kito dalam keadaan lelah lahir batin. Charis dkk baru melakoni pertandingan internasional di Osaka, 8 April. Meski baru saja melakukan perjalanan hingga 17 jam, Persib seolah tak mau tahu dan tetap ingin main hari ini (12 April). Sementara PSSI yang mencoba akan memberikan jalan tengah, malah diancam untuk di-PTUN-kan.
Secara tersirat, ini jelas sebagai strategi licik dan pengecut dari Persib untuk memanfaatkan kelelahan lawan. Namun justru sikap ngotot tersebut membuat seluruh pemain Sriwijaya FC terlecut. Bahkan mereka bertekat tidak saja ingin menahan seri, tapi ingin memberi ’malu’ dobel. Mengalahkan mereka sekaligus menggagalkan ambisinya.
”Laga ini ibarat final. Yah, boleh dikatakan hidup mati antara Sriwijaya FC dan Persib," ungkap RD.
Meski bertekad memberi malu dobel, RD dan skuadnya juga menyadari kelebihan lawan. Terutama dalam menafaatkan bola-bola mati (set piece). Dan itu yang diintruksikan RD kepada seluruh pemainnya untuk diwaspadai. ”Mereka hebat dalam set piece. Jika bisa meminimalisir kelebihan Persib, saya pikir kami punya kans besar menang,” sambung RD.
Untuk menghadapi Persib mala mini, RD telah menyiapkan strategi. Berbeda dengan strategi bertahan saat lawan Gamba, tampaknya di Soreang Laskar Wong Kito akan kembali pada strategi pakemnya, yakni bermain ofensif dengan pola 4-4-2.
Untuk strategi ini, RD memiliki materi yang cukup. Meski Worabay bakal absen karena cedera, RD tak perlu khawatir. Ambrizal bisa diplot di wing bek kanan. Bahkan Ambrizal akan menjadi ’bayang-bayang’ yang tepat bagi Gonzalez. Selain itu masih ada M Nasuha yang sedang menunjukkan permainan terbaiknya. Juga masih ada Syafrudin, yang tenaganya masih utuh.
Sementara di lini depan dan tengah, RD punya stok cukup. Zah Rahan yang sempat flu di Osaka, sudah fit. Wijay dan Toni yang dipinjam dari Timnas U-23 juga siap tempur. Obiora yang tak bisa dibawa ke Osaka, akan menjadi tumpuan di sayap kanan untuk mengimbangi Budi Sudarsono di sayap kiri, sebagai pendukung duet Ngon-Gumbs. Hanya faktor kelelahan saja yang menjadi pertimbangan RD untuk memilih skuadnya.
”Mudah-mudahan anak-anak termotivasi dan bisa mengatasi kelelahan mereka,” harap RD.
Jika RD merendah, hasrat yang meluap justru disuarakan pemain. ”Persib boleh memaksa kita main besok. Tapi jangan harap mereka bisa lolos,” janji Ambrizal dengan nada tinggi.
Sementara itu Persib yang sangat berambisi meraih gelar, tampaknya akan memaksakan kemenangan besar dengan permainan terbuka. Bahkan tak tertutup kemungkinan Sriwijaya FC akan dikerjai dengan cara-cara yang tidak sportif. Entah apa caranya, yang jelas Charis dkk harus hati-hati di kotak 16 besar selama 90 menit penuh. (har)