28 Maret 2009

Patah ranjang


ADA-ada saja apa yang menimpa Mang Juhai saat ngamar di sebuah panti pijat urut tradisional (PPUT). Baru mau in, mendadak nafsunya hilang seketika. Karuan saja, raja bawah perut ini mencak-mencak dengan harapan tidak bayar. Nah, ada apa gerangan? Ikuti saja ceritanya!
Kebiasaan buruk Mang Juhai tiap habis dugem, bawaannya pasti berat ujung melulu. Terlebih malam kemarin ia dan Mang Oding tidak dapat cewek. “Ai Ding, lokak ngantu kito. Cewek dan dapet, hepi dak pulok,” gerutunya. “Nak diapoke kando, memang lah sepi pengunjung diskotik,” ujar Mang Oding. Mang Juhai yang sudah terserang BU, tetap semangat mencari cewek yang bisa diajak pulang. Sampai bubaran diskotik, tak satupun cewek didapat.
“Payo kando, balek kito. Kapan duit katek, jangan banyak kendak,” kata Mang Oding. “Iyolah Ding, balek ke rumah masing-masing,” ujarnya. Namun, rupanya Mang Juhai tidak langsung pulang. “Ai cukuplah itu duit tengah duo ratus,” gumamnya, Singkat cerita ia menyambangi PPUT langganannya. Berhubung hari masih pagi, stok cewek tersedia seadanya. “Jadilah dek yang ini,” kata Mang Juhai menunjuk foto cewek di meja kasir.
Lima menit menunggu, datang cewek si pemijat. “Nak dipijat kak, apo langsung bae,” tanya si cewek pemijat. “Iyolah pulok dek. Kakak kesini ceto nak itu, buat apo sekedar mijat, di kampung ado,” kelakarnya. Tanpa pemanasan lagi, Mang Juhai langsung main terkam. Saking serunya, ranjang Mang Juhai pun roboh. Karuan saja nafsu yang tadinya di ubun-ubun langsung drop. Mang Juhai langsung mencak-mencak dengan pemilik panti. “Ai laen kali bae, Ko. Mati nian, langsung drop jingok ranjang patah,” ujarnya langsung pergi tanpa membayar. Payo mang, kalo dicireni uwong…! (don)